Infonetizen.com, Makassar – Ketegangan memuncak di Kota Makassar setelah ratusan orang tak dikenal (OTK) melakukan aksi penyisiran terhadap mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Pelajar Mahasiswa Indonesia Luwu (IPMIL) di sejumlah kampus. Aksi yang terjadi serentak ini viral di media sosial dan grup WhatsApp, memunculkan tanda tanya besar di tengah masyarakat: Apa yang sebenarnya terjadi?
Muh. Arif, warga Kecamatan Rappocini sekaligus mantan Ketua Umum PMTS Makassar, angkat bicara. Ia mengaku telah menelusuri akar persoalan yang menyebabkan reaksi keras dari masyarakat. Berdasarkan informasi yang dihimpunnya, Arif menyebut bahwa sejumlah aksi kekerasan dan kriminal yang diduga melibatkan anggota IPMIL menjadi pemicu utama.
Salah satu peristiwa mencolok adalah pengeroyokan di lingkungan Universitas Muslim Indonesia (UMI), yang menyebabkan seorang mahasiswa semester dua bernama Dayat mengalami luka bacok serius hingga harus menerima 50 jahitan. Tak hanya itu, seorang warga bernama Karlo juga dilaporkan menjadi korban penikaman di wilayah Karunrung, Rappocini, dengan dugaan pelaku berasal dari kelompok yang sama.
Menanggapi pernyataan Ketua PB IPMIL yang menyebut OTK sebagai “barbar”, Arif menyampaikan kritik tajam. “Daripada sibuk playing victim, lebih baik IPMIL segera menghadapkan para pelaku pengeroyokan dan penikaman ke pihak kepolisian. Jangan sampai kemarahan masyarakat Makassar semakin membesar. Tidak ada tempat bagi pelaku kriminal di Kota Makassar,” tegasnya.
Ia juga menekankan bahwa dalam budaya Makassar, tindakan kekerasan tidak bisa dibiarkan. “Ketika darah ditumpahkan di Kota Daeng, nilai *siri’ na pacce* masyarakat akan bangkit. Artinya, pelaku kriminal bukan hanya berhadapan dengan organisasi, tapi dengan setiap orang yang menjunjung tinggi harga diri,” tambah Arif.
Di sisi lain, Arif menyoroti lambannya respons aparat penegak hukum. Menurutnya, jika pihak kepolisian bertindak cepat menangkap pelaku penikaman dan pengeroyokan, potensi konflik horizontal dan kemarahan kolektif masyarakat bisa diminimalisir.
Sebagai bentuk keprihatinan, Arif mendesak Kapolri untuk mengevaluasi kinerja Polda Sulsel dan Polrestabes Makassar. “Kami hanya ingin Makassar tetap aman. Jangan biarkan pelaku kekerasan berlindung di balik nama organisasi. Siapa pun yang melanggar hukum harus diproses tanpa pandang bulu,” pungkasnya.
